CUPLIKAN BUKU : FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
PENGARANG : Suparlan Suhartono, Ph.D
PENERBIT : Ar. Ruzz Jl. Anggrek No.97 A Sambilegi Lor RT 04. RW.57 Mangunharjo, Depok Sleman, Yogyakarta Telp. [0274] 7482086. HP. 081.642.72234. E-mail: arruzzwacana@yahoo.com
CETAKAN : I Agustus 2005
ISBN : 979-9417-94-5
JUMLAH HALAMAN: 208
Apakah Maksud Filsafat Ilmu Pengetahuan itu?
Filsafat ilmu pengetahuan adalah suatu bidang studi filsafat yang obeyk materinya berpa ilmu pengetahuan dalam berbagai jenis, betuyk dan sifatnya. Jadi meliputi pluralitas ilmu pengetahuan. Adapun obyek formanya berupa hakikat ilmu pengetahuan. Adapun jenis-jenis llmu pengetahuan menurut obyeknya dapat diklasifikasikan ke dalam ilmu pengetahuan :
Ø Ilmu pengetahuan humaniora dengan obyek materi manusia;
Ø Ilmu pengetahuan social dengan obyek materi Sosiologi
Apakah manfaat mempelajari Ilmu Pengetahuan?
Mengembangkan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai otologis. Dengan paradigma ontologis, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme nilmu pengetahuan
Mengembangkan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasn nialai epistemologis. Dengan paradigma epistemologis, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah
Mengembangkan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai etis. Dengan paradigma etis, diharapkan dapat ,mendorong pertumbuhan perilaku adil yang mampu membentuk moral tanggung jawab, sehingga pemberdayaan ilmu poengethuan, teknologi dan perindusytrian semata-mata hanya untyuk kelangsungan kehidupan yang adil dan berkebdayaan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan hanya bagi kepentingan subyek manusia saja, melainkan lebih daripada itu, demi kepentingan obyekl alam sebagai sumber kehidupan.
Sebagai konsekuensi kehadiran filsafat ilmu pengetahuan dalam peran fungsionalnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian seperti itu, mendorong Perguruan Tinggi untuk kembali ke basis akademik Tri Dharmanya.
Catatan Khusus Petingnya, Makna dan Metode.
Dari bahasan masalah pengetahuan, terdapat ha-hal mendasar yang perlu diangkat menjadi catatan khusus, yaitu:
Pertama: Pentingnya pengetahuan , yakni mengetahui secara benar tentang batas-batas pengetahuan, agar tidak melakukan penyelidikan dan pemikiran-pemikiran mengenai sesuatu hal yang pada akhirnya menjadi sia-sia karena tidak akan diketahui. Tetapi, apakah pengetahuan hanya terbatas pada kemampuan pengalaman idra dan pemikiran saja?
Kedua: Makna pengetahuan, jika dikatakan bahwa seserorang mempunyai pengetahuan, berarti ia mempunyai kepastian tentang sesuatu hal, dan bahwa apa yang dipikirkan di dalam pernyataan-pernyataan adalah sungguh-sungguh merupakan halnya sendiri. Tetapi, kenyataan membuktikan bahwa hampir tidak ada yang dapat dipastikan dalam kehidupan ini.
Ketiga, metode memperoleh pengetahuan, menentukan sifat kebenaran pengetahuan yang terdiri dari :
Ø Metode empirik [empirism]
Ø Metode rasional [rasionalism
Ø Metode fenomenologi [fenomenologism]
Ø Medote ilmia [menggabungkan metode empiris dan rasional] [hlm 81]
„Ilmu Pengetahuan“ ataukah „ilmu“
Terminologi ilmu pengetahuan dicermati secara jeli oleh buku ini, karena pemaknaan yang yang keliru dan kadang membias, disamping sulit untuk dicerna, seringkali pula memberikan pemahaman yang tidak utuh.
Beberapa referensi yang dipandang relevan diketengahkan dalam buku ini:
Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary, tertulis dua istilah: „knowledge“ dan „Science“.
Knowledge diartikan:
the fact or condition of knowing something with familiarity gained through experience or association
the fact or condition of being aware of something
the fact or condition of having information or being learned
the sum of what is know the body of truth, information, and principles acquired by mankind
Sedangkan Science [latin :’scire’], diartikan:
possession of knowledge as distinguished from ignorance or misunderstanding; knowledge attain through study or practice
a department of systematized knowledge as object of study [the science of technology ]
knowledge covering general truths or he operation of general laws esp. As obtained and tested through scientific method; such knowledge concerned with the physical world and phenomena [natural Science)
a system or method based of purporting to be based on scientific priciples
Dari Webster tersebut dapat disarikan sebagai berikut:
Knowledge, menjelaskan tentang adanya sesuatu hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari [regulary] melalui pengalaman kesadaran, informasi. Sedangkan Science didalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai obyek studi yang
lebih bersifat fisis [natural].
Jadi, “knowledge” dapat dipahami sebagai pengetahuan yang mempunyai cakupan lebih luas dan umum, sedangkan “science” dapat dipahami sebagi ilmu yang mempunyai cakupan yang lebih sempit dan khusus dalam arti metodis, sistematis, dan ilmiah.
Jika ilmu dipilih sebagai nama dikhawatirkan bias terjebak pada sekitar pengetahuan yang fisis, dank arena itu praktis, pragmatis dan positivistis. Pagdahal realitas yang harus diketahuai adalah bukan saja yang demikian itu, melainkan juga meliputi”pengetahuan” yang non fisis, kualitatif, dan spekulatif. “Ilmu” membentuk daya intelegensia yang melahirkan adanya skill atau ketrampilan yang bias mengkonsumsi masalah-masalah atau kebutuhan keseharian. Sedangkan “pengetahuan” membentuk daya moralitas keilmuan yang kemudian melahirkan tingkah laku dan perbuatan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang tercakup di dalam tujuan akhir kehidupan. Maka secara filosofis, tidaklah berlebihan jika dipilih nama” ilmu-pengetahuan”
Ilmu pengetahuan diharapkan dapat membuka pandangan dan wawasan yang luas, dalam, arti tidak terbatas hanya kepada obyek-obyek yang ada diluar diri manusia, yaitu kenyataan obyektif, atau hal-hal yang bersifat empiric dan positif saja. Melainkan dapat membentuk kesadaran dan sikap ilmiah [scientific attitude]. [hlm:86]
Cara kerja Ilmiah:
Diadopsi penulis dari tulisan Titus Dkk, dan diselaraskan dengan pokok-pokok pikiran Jujun Suriasumantri. [1987] [hlm100]
Cara kerja ilmiah ditempuh dengan memperhatikan enam langkah metode, yakni:
1. Keinsafan tentang adanya problem
2. data yang relevan dan data yang tersedia
3. penertiban data
4. hipotesis dibentuk [diformulasikan]
5. deduksi dapat ditarik dari hipotesis
6. verifikasi setelah analisis secara deduktif.
Kecenderungan kesatuan pluralitas ilmu pengetahuan:
Kecenderungan kesatuan pluralitas ilmu pengetahuan dapat juga disebuat sebagai kecenderungan etis. Ketertarikan etika sebenarnya adalah perwujuidan tanggung jawab pendukung ilmu pengetahuan jenis apapun agar tetap diarahkan pada orientasi yang sama, yaitu bagi terwujudnya ‘kebahagian hidup dan kehidupan seluruh umat manusia dan masyarakatnya di dalam ekosistem alam yang utuh”
Karakter Onotologis :[Adopsi pemikiran Lorens Bagus: 2000]
Pandangan penulis terhadap hakikat leimuan, utamanya terkait dalam karakteristik ontologis.
Beberapa karakteristik ontologis, dapat disederhanakan sebagai berikut:
- Ontologi adalah studi tentang arti „ada“ dan „berada“, tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak
Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunkan ketegori-kategori seperti: ada atau menjadi, aktualitas, potensial, nyata atau merupakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan waktu, perubahan dan sebagainya.
Ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba melukiskan hakikat terakhir yang ada, yaitu Yang Satu8, Yang Absolut, Bentuk Abadi, Sempurna, dan keberadaan segala sesuatu yang mutlak kepada-Nya
Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang status realitas apakah nyata atau semu, apakah pikiran itu nyata, dan sebagainya. [hlm:150]
Tanggung Jawab Pendidikan Tinggi.
Dalam simpulan buku ini, tertera sebuah harapan kepada Pendidikan Tinggi terkait dengan masalah Ilmu Pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan tinggi harus mendukung pembaharu hidup dan kehidupan masyarakat dalam rangka menjcapai tujuan keilmuan, sehingga harus memerankan:
lembaga yang melakukan pembinaan daya inteletual
Pembinaan daya moral kearah tanggung jawab [ tentunya tanggungjawab keilmuan]
Kemudian berdasarkan tugas dan tujuan pendidikan tinggi menurut hakikat ilmu pengetahuan, maka hal-hal berikut ini kiranya wajar untuk dipertimbangkan dan dilaksanakan sebagai jalan menuju reorientasi:
- Mengembangkan kampus yang bebas dan otonom, dalam membangun sikap ilmiah tanpa pengaruh apapun. Inilah yang mejadikan dasar pembentukan sikap ilmiah yang mandiri
- Dalam penyusunan model kurikulum harus tetap mengaci pada sikap keilmuan