BERPIKIR SEPERTI FILOSOF

BUKU INI INGIN MEMOTIVASI ORANG BAHWA FILSAFAT ITU MUDAH
Hendra Halomon Sipayung, penulis buku ini, punya niatan mengubah paradigma yang salah dalam mempelajarai filsafat, sekaligus juga ingin menjebol belenggu yang kerap keliru, ketika orang beranggapan bahwa mempelajari filsafat itu sulit. sisi lain ada seorang orang yang membikin sebuah mitos bahwa mempelajari filsafat itu hanya untuk orang-orang tertentu, bahakan tidak semua orang dapat memahami filsafat. Kenyataan itu membuat barier yang kuat sehingga orang memvonis filsafat itu adalah sulit. Sisi lain ada anggapan yang keliru, bahwa mempelajari filsafat akan menjauhkan seorang-oreang dari ranah agama, dan kecederung masuk kedomain atheis, serta sekularis.
Buku ini ini menghapus stigma buruk itu, dan dengan tegas menyatakan bahwa setiap orang itu berfilsafat, setiap orang melakukan kajain filsafati, kendati tidak disadari.
Rupanya buku ini memotivasi siapapun untuk belajar filsafat dengan mudah, bahkan buku ini terkesan menuntun orang sekaligus memotivasi. Data buku
JUDUL: Berpikir Seperti Filosof
PENULIS: Hendra Halomoan Sipayung
PENERBIT: Ar-Ruzz Media. Modinan Sambilegi No. 194 Manguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Telp: 0274-4332223. E-mail: arruzzwacana@Yahoo.com
ISBN: 978-979-25-4528-9
CETAKAN: Januari 2009
TEBAL: 144 hlm; 12 x 19 cm
Sadapan Ringkas:
SYARAT BERPIKIR ALA FILOSOF
Pertama, Anda harus berani mempertanyakan segala sesuatu termasuk hal-hal yang Anda yakini dan seterusnya
Kedua, Anda harus mampu menjawab segala pertanyaan dan keraguan Anda untuk mendapatkan penjelasan yang holistik. Karena filsafat berupaya untuk mendapatkan kebenaran universal tentang realitas.
TIPS MENGGALI IDE DARI BUKU-BUKU FILSAFAT:
  1. Bacalah keseluruhan sebuah buku filsafat secara sistematis. Cobalah membuat ulasan tentang bukuntersebut, apakah yang sedang dibahas dan gaya penuilisnnya
  2. Kemudian baca dengan lebih berkonsentrasi untuk mengetahuai mana maslah yang sedang dibahas, pandangan-pandangan penulis dan argumen-argumennya
  3. Kajilah setiap bagian yang relevan, coba analisis argumen yang disampaikan. Kemudian buat kerangka tulisan
  4. Cobalah membaca secara akatif. Sewaktu Anda membaca, tanyakan pada diri Anda sendiri: apakah masalah yang sedang dibicarakan? didasarkan pada asumsi apa argumen itu dibangun? apakah argumen valid dan masuk akal? Bagaimana argumen tersebut membentuk karya secara keseluruhan? Jika ada, apakah kesalahan itu instruktif? Mengapa kesalahan itu dibuat dan bagaimnan memperbaikinya?
  5. Jika Anda mempunyai waktu, bacalah kembali keseluruhan karya itu untuk memperoleh pengertian tentang kesimpulan dan tujuan keseluruhannya, lalu berikan evaluasi terhadap keutuhan dan konsistensinya.
TIPS MEMBACA BUKU-BUKU FILSAFAT SECARA POSITIF
Hukum pertama: bacalah buku-buku filsafat secara kritis
Hukum Kedua: Jangan pernah membaca buku filsafat sekali
Hukum Ketiga: Tulisakan apa yang di benak Anda saat membaca karya filsafat
Hukum Keempat: Tetap jaga jarak pribadi dengan buku yang Anda baca

Logika (1), Pengantar dan Materi Pembahasan

Selamat bertemu kembali dengan saya di tahun 2009 ini. Mohon maaf kalau sempat absen karena saya sakit dan juga sedang sibuk-sibuknya dengan urusan di kampus. ;-) Kali ini saya akan melanjutkan kembali blog Belajar Filsafat ini dengan posting baru. Selamat membaca!

*****

Sebagai salah satu pilar pemahaman kajian filsafat, Logika menjadi cabang yang sebaiknya Anda pelajari pertama kali. Walaupun begitu, orang yang mempelajari Logika seringkali mengalami hambatan. Ini terutama dikarenakan mereka sudah punya pikiran yang kurang baik mengenai Logika. Ada yang mengatakan sukar, hanya main-main saja, ataupun tidak diperlukan karena merasa "saya sudah pandai".

Padahal, kalau dikatakan sulit, Logika itu kan dipikirkan dan dibuat oleh manusia. Kita yang sesama manusia ini harusnya bisa juga dong belajar Logika. Main-main? Iya juga sih. Sebab, tanpa permainan yang baik dan juga Logika yang cukup, seorang Lewis Carroll (1832-1898) tidak akan dapat membuat cerita Alice in Wonderland (Alice di Negeri yang Indah). Begitupun dengan ungkapan "tidak perlu", ini harus dihilangkan baik-baik dari pikiran Anda. Sebab, kalau Anda memang benar-benar pandai, Anda tidak akan kuliah sampai S3 dong. (Hehe...)

Bukan apa-apa, mempelajari Logika sebenarnya akan memberikan manfaat yang besar kalau kita bisa memahaminya dengan baik. Salah satunya akan membuat kita tidak salah paham dalam menilai pendapat seseorang hingga harus terjadi pertengkaran. Perang sekalipun akan dapat kita hindari kalau kita mampu berpikir logis. Kecuali kita bersikap egois dan hanya berpikir "mau menang sendiri".

Setelah membaca penjelasan di atas, mungkin ada pertanyaan seperti ini: Apa sih yang dikaji dalam Logika sampai kita harus mempelajarinya?

Ini adalah pertanyaan yang bagus dan cukup tepat untuk kita bahas. Pada cabang Logika, kita akan mempelajari tiga materi yang pokok, yaitu: (1) sejarah dan perkembangan pemikiran logika beserta aliran-alirannya, (2) persoalan istilah beserta pengolahannya, dan (3) persoalan pernyataan beserta pengolahannya. Selebihnya, materi-materi yang khusus dapat ditambahkan. Namun, hal ini tidak akan keluar dari tiga materi pokok yang telah disebutkan.

Sampai di sini, mungkin lagi-lagi ada orang yang mencibir. Mungkin begini komentarnya: "Materi yang begitu kok dibela-belain harus dipelajari. Itu kan pelajaran bahasa Indonesia. Dari SD pun dah saya pelajari. Kenapa harus dipelajari lagi? Buang-buang waktu aja. Kirain mempelajari apa."

Komentar ini tidak salah. Sebagian besar yang dipelajari Logika memang sudah diajarkan dalam pelajaran bahasa. Tetapi, pelajaran bahasa tidak mengajarkan pada kita untuk menelaah masalah-masalah istilah ataupun pernyataan dengan pengertian filosofis. Artinya, sesuatu istilah dapat saja memiliki beragam arti sesuai dengan pandangan orang yang mendefinisikannya. Untuk lebih jelasnya, kita akan coba bahas istilah "ya" dalam bahasa Indonesia dari sudut pandang bahasa maupun logika.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984) yang disusun oleh W.J.S. Poerwadarminta, istilah "ya" dapat berarti:

(1) kata untuk menyatakan setuju; contoh: Ya, baiklah.
(2) wahai; contoh: Ya tuanku!
(3) ... bukan; contoh: Ia orang kaya, ya?
(4) gerangan; contoh: Siapa ya yang tadi memanggil namaku?
(5) penguat; contoh: Besok jangan lupa datang ya!

Berdasarkan kelima contoh ini, sebenarnya sudah disebutkan beberapa alternatif yang cukup luas untuk pengertian istilah "ya". Walaupun demikian, saya dapat saja menambahkan konteks baru dalam pengertian istilah "ya". Misalnya, dalam kalimat:

(6) "Ya, kalau dia setuju. Kalau tidak, bagaimana?"

Di dalam kalimat ini, istilah "ya" mengandung pengertian 'persetujuan yang bersyarat'. Artinya, istilah "ya" pada kalimat (6) berbeda pengertiannya dengan kalimat (1) yang saya kutipkan di atas karena persetujuannya tidak langsung terpenuhi dengan hanya mengatakan "ya".

Memahami uraian yang menggunakan contoh-contoh di atas, nampak bahwa apa yang diuraikan oleh Poerwadarminta atas pengertian istilah "ya" dari segi bahasa tidak dapat merangkum seluruh pengertian istilah "ya" yang mungkin akan muncul. Termasuk penjelasan yang sebaiknya diberikan untuk pengertian istilah "ya" dalam pengertian nomor (3). Kenapa istilah "ya" dalam bahasa Indonesia juga mengandung istilah negatif ('bukan')? Padahal, dalam bahasa Inggris, kita tidak menemukan istilah "yes" yang mengandung istilah negatif.

Pertanyaan serupa di atas pun tidak akan muncul kalau kita tidak menggunakan Logika sebagai dasar penalarannya. Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa pada uraian-uraian di muka, Logika mengajarkan kita memahami suatu istilah dalam berbagai konteks dan situasi. Ini dimungkinkan kalau kita dibiasakan untuk berpikir dengan beragam pandangan. Sehingga, pikiran kita tidak hanya tertuju pada satu pengertian saja dan akhirnya bisa terjatuh pada pikiran yang sempit. Apa yang ditulis dalam sebuah kamus dalam pelajaran bahasa tidak dapat dijadikan patokan dasar, walaupun dapat dijadikan acuan resmi untuk satu istilah.

Demikian, kita sudah melihat sedikit saja bagaimana Logika dipakai untuk memahami suatu istilah. Mungkin akan lebih baik lagi bagi kita dalam memahaminya bila kita juga lihat bagaimana Logika dipakai untuk menelaah pernyataan. Di posting yang berikut, insyaallah saya akan membahasnya lebih jauh. Jangan lupa komentar, kritik, dan sarannya. ;-)