RISALAH FILSAFAT EMPIRISME DAVID HUME


Seri Petualangan Filsafat, karya T.Z. Lavine
Kita jadi diingatkan kembali tentang APOSTERIORI, bahwa sebuah ilmu lahir setalah pengamatan. "Post" berarti "setelah" artinya setelah melewati penginderaan sebuah ilmu lahir, pengalaman empiri itu faktual, dengan ekstrem dikatakan bahwa orang yang mengunggul-unggulkan rasio adalah seorang-orang yang hidup di awang-awang. Platonis katanya.
David Hume, adalah orang yang membangkitkan citarasa keilmuan melalui ranah kekuatan pengamatan indrawi.
Empirisme memandang pengamatan pancaindera sebagai satu-satunya sumber pengetahuan terpercaya. Empirisme muncul pada awal tahun-tahun abad XVII.
Kendati buku ini nampaknya membentangkan sepak terjang Filsut David Hume, namun isi buku ini adalah sebuah esensi filsafat empirisme.
Data buku
JUDUL: David Hume--Risalah Filsafat Empirisme
PENULIS: T.Z. LAvine
PENERBIT: Jendela. Jl. Gejayan Gg. Buntu II/5A Yogyakarta 55281./ Telp. 0274-518886.
ISBN: 979-95978-126-3
TEBAL: xii + 87, 12 x 18 cm
Catatan: Diterjemahkan dari: From Socrates to Satre: The Philosophic Quest. New York: Bantam Books, Inc, 1984]

KEBANGKITAN EMPIRISME INGGRIS

Buku ini membentangkan bahwa empirisme berkembang di Inggris. Nama-nama besar filsuf yang mencermati empirisme sebagian besar berkebangsaan Inggris. Inilah yang mengindikasikan bahwa titik tertinggi kemajuan empirisme berada di Inggris dan sekitarnya. Skotlandia, dan Irlandia disebut juga sebagai temapt berkembangkan empirisme, yakni ketika abad XVII dan XVIII. Penganut empirisme Inggris klasik dan karya utamanya dalam teori pengetahuan antara lain:

  1. John Locke [1632-1704]--Essay Concerning Human Understanding [Esai yang berkenaan dengan pemahaman manusia]--1690
  2. George Berkeley [1685-1753] dalam A Treatise Concerning the Principle of Human Knowledge [Risalah mengenai Prinsip-prinsip Pengetahuan Manusia]--1710
  3. David Hume[1711-1776]--A Traetise of Human Nature [Risalaqh Mengenai Sifat Alami Manusia] --1738-1740, selanjutnya direvisi menjadi Enquiry Concerning Human Understanding [Penelitian atas pemahaman Manusia]--1751

[Catatan buku ini menohok penganut Rane Descartes, dan selanjutnya menanamkan kebencian dalam bentuk "Anti Cartesianisme. Buku ini juga menyediakan Glosarium untuk memudahkan khalayak bacanya. Hume dalam buku ini menegasdi Gagasan Jiwa dan Diri, bahkan terungkap secara jelas filosofi Hume mengenai agama. Kritik tajam Hume yang keras juga diungkap jelas, seperti:

  • Kritik Keras Hume atas Bukti Rasional Mengenai Tuhan
  • Kritik Keras Hume atas Deisme
  • Kritik Keras Hume atas Keyakinan pada Mujizat]

APAKAH FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU ?


B. Arief Sidharta membuat manfaat dalam kehidupannya, serta mengisi keunikan diri dengan aktivitas yang jarang dilakukan orang lain pada umumnya. Selalu dalam kehidupnya dijalani dengan penuh pemikiran yang reflektif, sebagai bukti ketika memperingati ulang tahunnya yang ke 70, tetap membuat pancaran yang bermanfaat kepada sesamanya. Ulang tahunnya ditandai dengan meluncurnya sebuah buku filsafat.
Buku yang dinganu dari kempulan tulisan ini berkutak dengan masalah filsafat, dari empat tulisan, terdapat tiga tulisan yang mengkhususkan pada filsafat ilmu. Tiga tulisan itu ialah:

  1. Apakah filsafat ilmu itu?
  2. Filsafat Ilmu
  3. Konsep Ilmu
Apakah filsafat ilmu itu ?
Filsafat ilmu dikupas dengan tahapan rincian sebagai berikut:

  • Tujuan Ilmu [The goal of science]
  • Penjelasan ilmiah [Scientific exolanation]
  • Teori dan hukum ilmiah [ Scientific theories and law]
  • Teori observasi [Theory and observasion]
  • Penilaian dan demarkasi [Assessment and demarcation]
  • Kesatuan ilmu [The unity of Science]
FILSAFAT ILMU

  • Apakah ilmu itu?
  • Metode ilmu
  • Sikaplmiah
  • Klasifikasi ilmu pengetahuan
  • Masalah bebas nilai dan ilmu
  • Pertanggungjawaban ilmu dan etika
KONSEP ILMU:

  • Konsep ilmu dalam filsafat ilmu dewasa ini
  • Konstruksi ilmu
  • Jenis-jenis ilmu
  • Kedudukan ilmu hukum.
Data Buku
JUDUL : Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu
PENULIS : B.Arief Sidharta [Editor]
PENERBIT: Pustaka Sutra.
ISBN-13: 978-979-16086-4-0
CETAKAN: I- April 2008
TEBAL: 114 hlm.

SADAPAN RINGKAS:
[halaman 80]

Bebera ciri pokok yang terdapat dari pengertian ilmu yakni:
  1. Ilmu itu bersifat rasional, artinya proses pemikiran yang berlangsung dalam ilmu itu harus dan hanya tunduk pada hukum-hukum logika
  2. Ilmu itu bersifat empirikal, artinya kesimpulan-kesimpulan yang ditariknya dapat ditundukkan pada pemeriksaan atau verivikasi pencaindera manusia. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan, bahwa ilmu harus menerima prasuposisi-prasuposisi atau kebenaran-kebenaran tertentu, sebagai titik tolak atau dasar, yang dapat atau tidak perlu diverifikasikan oleh pancaindera manusia. Prasuposisi-prasuposisi ini diperoleh dari filsafat, misalnya kaidah-kaidah hukum logika dan hukum kausalitas
  3. Ilmu bersifat sistematikal, yakni cara kerjanya runtut berdasarkan patokan tertentu [metodikal] yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan, dan hasilnya berupa fakta-fakta yang relevan dalam bidang yang ditelaahnya harus disusun dalam suatu kebulatan yang konsisten
  4. Ilmu bersifat umum dan terbuka, artinya harus dapat dipelajari oleh tiap orang; jadi tidak bersifat esoterik [terbatas hanya bagi sekolompok orang tertentu]
  5. Ilmu bersifat akumulatif, yakni kebenaran diperoleh selalu dapat dijadikan dasar untuk memperoleh kebenaran baru.

Tiga perangkat Kriteria:
[Halaman 105]

Menurut Harold Berman, keberadaan ilmu harus memenuhi tiga perangkat kreteria, antara lain yakni:

  1. Kriteria Metodologikal
  2. Kriteria Nilai
  3. Kriteria Sosiologikal
Kriteria Metodologika:
Dalam peritilah metodologi, ilmu dalam arti modern dapat didefiniskan sebagai berikut:
  • seperangkat pengethuan yang terintegrasi
  • yang di dalamnya kejadian-kejadian atau gejala khusu secara sistematis dijelaskan
  • dalam peristilahan asas-asas dan kebenaran umum
  • pengetahuan tentang gejala, asas dan kebenaran umum [hukum] itu diproleh sebagai kombinasi:
  • Hipotesis-verifiksi
  • sejauh dimunkinkan : eksperimen
  • metode ilmiah penelitian dan sistematisasi, emskipun memiliki ciri-ciri umum yang sama, anmun tidak sama untuk semua ilmu, melainkan harus disesuaikan pada jenis-jenis khas kejadian atau gejala yang menjadi pokok telaah ilmu yang bersangkutan
KRITERIA NILAI:
Ilmu dalam kegaitannya harus mengacu primis-primis nilai :

  • obyektivitas ilmiah
  • bebas pamrih [disinterestedness]
  • skeptisisme terorganisasi
  • toleransi terhadap kekeliruan
  • keterbukaan terhadap kebenaran ilmiah baru
KRITERIA SOSIOLOGIKAL:
  • Pembentukan komunitas ilmuwan, dalam rangka tanggung jawab kolektif berkenaan dengan pelaksanaan penelitian, pelatihan/pendidikan anggota baru, berbagi pengetahuan ilmiah [publikasi], dan otensitas pencapaian ilmiah di dalam dan di luar disiplin
  • Penautan berbagai disiplin ilmiah dalam komuniats penstudi
  • Status sosial yang menyandang hak istimewa komuniats para ilmuawan, misalnya kebebasab pengajaran dan penelitian, dan tanggung njawab memberikan pelayanan demi ilmu itu sendiri, metodenya, nilai-nilai dan fungsi sosialnya


[disadap hanya sebagian]

PINTU MASUK DUNIA FILSAFAT: Dr. HARRY HAMERSA


Mempelajari filsafat orang mengatakan susah, mendengar kata filsafat gudah gelisah, kini tentunya berbeda. Banyak kunci masuk filsafat dengan mudah. Studi filsafat seakan berangkat wisata ke sebuah pantai indah yang belum terjamah, orang boleh memberikan makna apa saja. Tidak ada batas yang hitam dan putih, yang ada hanya tajamnya sebuah refleksi. Memang filsafat sering dimitoskan sebagai materi kuliah yang sangat sulit, dan setiap orang harus memiliki talenta belajar yang khusus. Itu semua tidak selalu benar. Siapa saja tanpa mengenal perbedaan, apakah bertalenta, atau bukan, mempelajarai filsafat itu mudah. Karl popper pernah memotivasi kita melalui kata-kata. Semua orang adalah filsuf, termasuk kita semua.
Data Buku
JUDUL: Pintu Masuk Dunia Filsafat
PENULIS: Dr. Harry Hamersma
PENERBIT: KANISIUS. Jl. Cempaka 9 Deresan, Yogyakarta 55281 Kotak Pos 1125/YK. Yogyakarta 55281. Website: www.kanisiusmedia.com. E-mail: office@kanisiusmedia.com
ISBN: 978-979-413-188-6
CETAKAN: Edisi pertama terbit tahun 1981 [hingga cetakan ke - 23]
Edisi kedua tahun 2008
TEBAL : 80 halaman

Sampul belakang buku bertutur. Jika Anda ingin mencicipi dan berkenalan sejenak dengan ilmu pengetahuan yang disebut filsafat, yang kon adalah "ibu segala ilmu", buku ini adalah pintu masuk yang tepat. Dengan cara bertutur yang padat dan enak dibaca. Harry Hamersma akan menutun Anda dalam sebuah wista singkat intelektual yang penuh daya pikat.
Yang dibahas buku ini antara lain:
  • Filsafat dan ilmu pengetahuan
  • Ikhtisar sejara filsafat
  • Cabang-cabang filsafat
  • Mengapa belajar filsafat
  • Tugas filsafat menurut filsuf-filsuf
  • Petunjuk-petunjuk studi filsafat
Buku ini membedakan antara filsafat dan ilmu pengetahuan sebagai berikut
FILSAFAT:
Filsafat adalah pengethuan metodis , sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan

ILMU PENGETAHUAN:
Ilmu pengetahuan adalah pengethuan metodis, sistematis, dan koheren [bertalian] tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan

MENGAPA ORANG BERFILSAFAT
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat: keharanan, kesangsian dan kesadaran keterbatasan.

Keheranan:
Banyak filsuf menunjuk rasa heran [Yunani : thaumasia] sebagai asal filsafat. Plato, misalnya, mengatakan: "MAta kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat."Pada kuburan Immanuel Kant [1725-1824] tertulis "coelum stellum suora me, lex moralis intra me". Kedua gejala yang paling mengherankan, menurut Kant, adalah "langit berbintang di atasnya" dan "hukum moral dalam hatinya"

Kesangsian:
Filsuf-filsuf lain seperti Augustinus [354-430] dan Descartes [1596-1650], menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh pancainderanya kalau ia heran? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Di mana dapat di temukan kepastian, karena dunia ini penuh macam-macam pendapat, keyakinan dan intepretasi? Sikap ini, sikap skeptis[Yunani: penyelidikan], sangat berguna untuk menemukan suatu titik pangkal yang tidak da pat diragukan lagi. Titik pangkal ini dapat berfungsi sebagai dasar untuk semua pengetahuan lebih lanjut.

Kesadaran akan keterbatasan:
Filsuf-filsuf lainnya lagi mengatakan bahwa manusia mulai berfilsafat ketika ia menyadari betapa kecil dan lemah dirinya bila dibandingkan dengan alam semesta sekelilingnya. Semakin manusia terpukau oleh keterhinggaan sekelilingnya, semakin ia heran akan eksistensinya. Dengan keterbatasan itu manusia terdorong untuk berupaya mengatasi segenap kegagalan, kelemahan atau problema lainnya.

Cabang Filsafat:
Cabang-cabang filsafat menurut buku ini terbagi atas empat kelompok yakni:
  1. Filsafat tentang pengetahuan yang terdiri dari[ epistemologi, logika, dan kritik ilmu-ilmu]
  2. Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, yang terdiri dari metafisika umum [ ontologi] dan metafisika khusu [teologi metafisik, antropologi, kosmologi]
  3. Filsafat tentang tindakan, yang terdiri dari etika dan etestika;
  4. Sejarah filsatat
Buku ini juga membentangkan ikhtisar sejarah filsafat, juga meneropong bagaimana implementasi filsafat dalam praktik.

Cabang Utama dalam Kajian Filsafat

Setelah beberapa lama absen, akhirnya saya bisa kembali lagi menulis. Kemarin-kemarin memang agak lelah dan capek soalnya. Banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan. Tetapi, itu tidak mengurangi semangat saya untuk melanjutkan blog ini. Oya, selamat membaca aja posting yang baru ini! ( ^_^ )

Pada posting yang berjudul Ranah Kajian Filsafat, saya sudah menjelaskan kalau wilayah penelaahan filsafat dapat dibagi menjadi 3 bagian. Hal ini meliputi kajian tentang Dunia, Manusia, dan Tuhan. Dari tiga subjek ini, filsafat dapat dipilah menjadi beberapa cabang seperti telah diuraikan pada posting tersebut. Namun demikian, kali ini saya akan membahas cabang kajian filsafat dengan rumusan yang agak berbeda dengan yang telah dijelaskan. Untuk lebih jelasnya, hal ini akan diuraikan pada paragraf-paragraf di bawah ini.

Dalam mempelajari filsafat, para ahli biasanya mengatakan bahwa cabang utama kajian filsafat (main branches of philosophy) itu terdiri dari Logika, Metafisika, Etika, Epistemologi, Estetika, Theologia, maupun Filsafat Ilmu. Ada juga yang mengatakan cabang lainnya, tergantung pada sisi mana mereka memberikan titik tekannya. Bagi pakar filsafat yang memiliki kecenderungan untuk menekuni masalah-masalah kemanusiaan, Etika dan Filsafat Politik menjadi cabang yang disorot secara khusus. Ketika titik tekan itu bergeser pada masalah-masalah kealaman atau keilmuan, maka giliran Epistemologi, Filsafat Ilmu, ataupun Metodologi Filosofis yang menjadi tumpuan. Sedangkan bila kajian yang sifatnya transendental menjadi perhatian utama, maka cabang Theologia, Ontologi, dan Metafisika yang mendapat giliran.

Oleh karena beragamnya titik tekan dalam memilah-milah cabang filsafat tersebut, tentu saja hal ini akan membuat filsafat menjadi sangat sukar dikaji. Sebab, ketika misalnya saya membaca filsuf yang sangat perhatian dengan masalah-masalah kemanusiaan, maka saya kehilangan arahan tentang kajian masalah kealaman dan juga masalah transendental. Begitupun juga ketika membaca filsuf yang memiliki titik tekan pada masalah lainnya.

Hal ini biasa terjadi dan itu memang sewajarnya. Ini terjadi karena setiap filsuf memiliki spesialisasi atau kekhususan pikiran dalam corak filsafatnya. Akan tetapi, bagi seseorang yang baru belajar filsafat atau orang yang ingin belajar filsafat secara mudah, ini menjadi masalah yang cukup mengganjal. Sebab, dengan tiadanya kesepakatan di antara para filsuf, cabang utama kajian filsafat hingga kini tidak pernah ditetapkan. Akibatnya, orang itu akan "tersesat" di belantara filsafat yang cukup luas. (Nah lho...! Tapi mungkin saja saya keliru karena sudah ada buku baru tentang masalah ini. Hehe... Tolong kasih tahu ya kalau ada info tentang ini. ;-) )

Karena masalah-masalah di atas, dalam blog ini, saya memutuskan untuk menetapkan secara sederhana saja apa yang dimaksud dengan cabang utama kajian filsafat itu. Kriteria untuk ini adalah cabang tersebut dapat dipakai sebagai dasar untuk mengkaji semua masalah yang telah disebutkan tanpa harus terjatuh pada satu titik penekanan. Dengan demikian, orang yang ingin belajar filsafat dengan mudah akan lebih fokus mempelajari masalah-masalah tersebut tanpa harus bergelut dengan kebimbangan.

Dari sekian banyak cabang filsafat, sebenarnya ada empat cabang yang bisa dijadikan dasar untuk memahami cabang lainnya. Cabang ini pun dapat mewadahi berbagai masalah yang ada. Empat cabang filsafat yang dimaksud adalah: Logika, Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi. Cabang filsafat ini dapat dipelajari berurutan. Berikut adalah penjelasan kenapa cabang filsafat ini dapat dipelajari secara bertahap.

Berpikir, secara umum, adalah kegiatan yang biasa dilakukan manusia. Tanpa ini, manusia tidak akan bisa bertahan dalam lingkungannya ataupun menyesuaikan diri dengan yang lainnya. Namun, berpikir saja tidak cukup. Ada cara-cara berpikir yang baik dan itu menjadi pedoman baginya agar tidak berpikir secara gegabah, sembrono, semaunya, sampai pada pikiran yang sesat. Cara inilah yang disediakan Logika. Selanjutnya, dengan berpikir, manusia bisa mengetahui sesuatu (= Epistemologi), yang juga merupakan kunci pemahaman atas sesuatu yang ada, sesuatu yang mungkin adanya, dan sesuatu yang tidak ada (= Ontologi). Baru setelah itu, kita dapat melakukan sesuatu penilaian atas apa yang kita pahami atau memahami nilai dari apa yang kita pahami (= Aksiologi).

Nah, dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa empat cabang itu cukup netral dan bisa dipakai untuk mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia, manusia, ataupun Tuhan. Oleh karena itu, empat cabang filsafat inilah yang akan saya jadikan dasar untuk masuk dalam cabang-cabang filsafat lainnya.

Misalnya, "Apakah Nazi-isme (berkaitan dengan partai politik Nazi yang didirikan oleh Adolf Hitler di Jerman) itu pola pikirnya keliru apa tidak?"
Dalam masalah ini, kita masuk dalam pembahasan Filsafat Politik melalui Logika.
Contoh lain: "Apakah kita dapat mengetahui awal terciptanya jagat raya?"
Pada soal ini, aspek Epistemologis menjadi dasar untuk memahami Kosmologi.
Begitupun dengan masalah-masalah lain dalam filsafat. Semuanya dapat dipahami dengan baik asalkan kita benar-benar memahami empat cabang filsafat tersebut.

Jadi, silahkan Anda mencari informasi tentang empat cabang filsafat tersebut. Ini karena dalam posting selanjutnya, saya akan membahas empat cabang filsafat ini satu per satu. Tentunya, kita akan mulai dari Logika terlebih dahulu.

Selamat membaca... (^_^)

HAKIKAT TEKNOLOGI

Dalam mengkaji Filsafat Ilmu, dapat dipastikan akan terhubung dengan teknologi, maknanya ketika seorang-orang melakukan perenungan lebih mendalam, maka akan menemukan bahwa teknologi adalah anak kandung dari filsafat ilmu.
Gudang ini merasa perlu mengangkat hakikat teknologi, karena masih banyak ditemui pemahaman yang masih karut marut. Gudang telah mempersiapkan SARING-Sadapan Ringkas,. Terkait dengan hakikat teknologi, namun untuk kali ini, tidak diambil dari buku filsafat. Materi dari buku ”Etika dan Teknologi”. Urgensi pengambilanitu, karena keinginan mendekatkan teknologi dengan value-valuenya. Tetapi jika dicermati lebih mendalam maka buku ini dapat juga diketegorikan sebagai buku filsafat ilmu, karena dalam kaidah filsafat ilmu itu, pilar ketiganya adalah pencermatan terhadap nilai-nilai [value]—”Axiologi”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketika etika difungsikan untuk meneropong sebuah teknologi, mulai dari aplikasi dan dampak yang ditimbulkannya, maka kita telah masuk kubangan filsafat ilmu. Di sinilah teknologi sebagai anak kandung disentuhkan dengan ibunya, yakni filsafat ilmu.
[catatan : pada bulan Oktober yang lalu seorang kawan menginginkan pembahasan terkait dengan ranah teknologi, mudah-mudahan bahasan ini cukup mengobati]
Data Buku:
JUDUL : Etika dan Teknologi
PENULIS: Ir. Herus Santosa, M.Hum
PENERBIT : Tiara Wacana. Jalan Kaliurang Km. 78, Banteng , Sleman Yogyakarta. Telp./Fax. 880683. http://www.tiarawacana.co.id/
E-mail: yogya@tiarawacana.co.id
ISBN: 979-1262-04-7
TEBAL : xviii+189 halaman

SARING—SADAPAN RINGKAS
Hakikat Teknologi:
Teknologi bukanlah sekedar produk ilmu pengetahuan beserta temuan-temuannya yang berupa mesin, pesawat, reaktor, ataupun fasilitas fisik lainnya yang serba canggih, melainkan juga termasuk sistem organisasi, struktur sosial beserta kekuasaan yang terlintas padanya.
Menurut Kunto Wibisono:
Merupakan hasil penerapan secara sistematik ilmu pengetahuan, sebagai suatu himpunan rasionalistik empirik dari berbagai komponen pendukungnya, dengan maksud hendak mengusai atau mengendalikan gejala-gejala yang dihadapinya melalui proses produktif secara ekonomis.”

Karakter Teknologi:
Ada beberapa karakter teknologi :
Pertama: teknologi pada hakikatnya adalah ”tangan” untuk melaksanakan kekuasaan yang dimiliki ilmu, hal ini harus disadari oleh manusia. Teknologi dihasilkan dari penerapan ilmu yang sudah mengalami penelitian dan pengembangan lebih lanjut hingga manfaatnya menjadi jelas bagi kehidupan manusia/.

Kedua: teknologi bersifat dialektik, artinya teknologi dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi manusia, akan tetapi pemecahan masalah tersebut menimbulkan permasalahan yang baru , dan permasalah yang baru ini harus dipecahkan dengan teknologi yang baru pula.

Ketiga, teknologi memerlukan energi yang sangat besar. Pada umumnya, di negara-negara industri maju, konsumsi energi perkapita sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara yang laju konsumsinya rendah. Sehingga tampak adanya korelasi antara pendapatan nasional bruto [GNP] dengan konsumsi energi

FILSAFAT TEKNOLOGI?
Filsafat teknologi adalah salah satu cabang filsafat khusus yang melakukan analisis filsafat tentang teknologi dan berbagai unsur serta seginya.
Menurut salah seorag tokoh pelopor filsafat teknologi Carl Mitcham [1980:305], persoalan-persoalan filsafat tentang teknologi ada dua jenis, sebagai berikut:

Jenis Pertama:
”menyangkut soal-soal teoritis tentang sifat dasar teknologi, hubungannya dengan ilmu, struktur tindakan teknologi, intisari mesin, dan perbedaan mesin dengan manusia

Jenis Kedua:
”bersifat praktis, menyangkut persolan-persoalan etis mengenai keterasingan dalam masyarakat industri, senjata nuklir, pencemaran dam parktik keinsinyuran yang profesional
Filsafat teknologi Menurut Mario Bunge
Filsafat teknologi dapat dipandang sebagai gabungan dari lima cabang filsafat yang masih merupakan kuncup bunga yang hampir mekr,--Mario Bunge [1979:72] menjelaskan:
  1. technoepistemology
  2. technometaphysic
  3. technoaxiology
  4. technoethics
  5. technopraaxiology

Technoepistemology:
Adalah telaah filsafat tentang pengetahuan teknis. Persoalan yang dibebaskan, antara lain adalah membedakan pengetahuan teknologi dan pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah, atau metode teknologi yang sejajar dengan metode ilmiah serta aturan-aturannya

Technometaphysic:

Adalah telaah filsafat tentang sifat dasar sistem-sistem buatan dari mesin-mesin sederhana sampai sistem-sistem barnag manusiawiyang rumit. Persoalan yang dibahasnya antara lain adalah prasyarat-prasyarat ontologis dari teknologi atau kekhasan dari semua barang teknologi yang membedakannya dari benda-benda alamiah

Technoaxiologi:
Adalah telaah filsafat tentang penilaian yang dilakukan oleh para ahli teknologi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan teknologi mereka. Persoalan yang dibahasnya, antara lain adalah, nilai-nilai yang dipegang oleh para ahli teknologi kognitif, moral, ekonomi, sosial atau politis dan petunjuk-petunjuk niali nilai teknologi yang paling dapat dipercaya; Perbandingan kemanfaatan atau biaya, pemasaran kebutuhan sosial atau lainnya

Tecnoethics

Adalah cabang etika yang menyelidiki pokok-pokok pertikaian moral yang dihadapi oleh para ahli teknologi dan masyarakat umum dalam hubungannya dengan dampak sosial dari proyek-proyek teknologi yang berskala besar

Technopraxiologi

Adalah telaah filsafat tentang tindakan manusia yang dibimbing oleh teknologi. Persoalan yang dibahasnya, antara lain mengenai konsep tindakan rasional yang dapat diwujudkan secara pasti ata bagaimana seorang dapat ,erumuskan dalam istilah istilah umum, derajat efisiensi dari suatu sasaran terhadap suatu tujuan.