PENGANTAR LOGIKA

Titel buku ini LOGIKA, namun dari bahasan didalam terdapat beberapa materi yang bersentuhan langsung dengan filsafat ilmu. Materi yang bersentuhan itu terkait dengan "Kerancuan Pikir" ( Fallacy). Buku ini membekali orang untuk memahami cara berpikir deduksi, yang meletakkan nalar/rasio dalam mencerna kebenaran. Khusus yang membicarakan kerancuan pikir, buku ini meletakan bahasan di halaman 59- 67. tepatnya di bab enam tentang kerancuan berpikir.
Merujuk dari pemikiran Irving M Copi (introduction to logic, 1959:51). Dalam buku itu diaungkap berbagai bentuk arguymen yang rancu, dan selajutnya dikelompokkan menjadi dua besar, yakni;
1. Formal Fallacy atau Kerancuan Formal
2. Informal Fallacy atau Kerancuan Informal.

Kerancuan Revelansi adalah kerancuan pada argumen yang premis-premisnya secara logikal tidak relevan. secara substansial ridak ada sangkut pautnya dengan kebenaran atau kesalahan dari kesimpulan yang mau ditegakkan oleh premis-premis yang diajukan.

Artinya, antara premis-premis dan kesimpulan tidak terdapat hubungan logikal. Cara penyampaian mempengaruhi aspek psikologis sehingga antara premis dan kesimpulan terdapat hubungan logikal.

Irving M. Copi mengemukakan 10 jenis Kerancuan Relevansi:

1. Konklusi Tidak Relevan/Irrelevant Conclusion/Ignoratio Elenchi
Terjadi bila 1 argumen yang seharusnya dimasukan tidak mendukung 1 kesimpulan tersebut, namun diarahkan dan digunakan untuk membenarkan 1 kesimpulan yang lain.

2. Merujuk kekuatan/Argumentum ad Baculum/Appeal to Force
Terjadi bila orang dengan mendasarkan diri pada kekuatan/ancaman penggunaan kekuatan memaksakan agar 1 kesimpulan diterima atau disetujui.

3a. Argumentum ad Hominem/Abusive
Terjadi bila suatu argumen diarahkan untuk menyerang pribadi orangnya, dengan menunjukkan kelemahan/kejelekan orang tersebut dan tidak berusaha secara rasional membuktikan bahwa apa yang dikemukakan orang yang diserang itu salah.

3b. Argumentum ad Hominem/Circumstantial
Terjadi sebuah argumen diarahkan pada pribadi orangnya dalam kaitan dengan situasi/keadaan orang itu sendiri.

4. Argumentum Ignorantiam
Terjadi bila suatu hal dinyatakan benar semata-mata karena belum dibuktikan bahwa hal tersebut salah/sebaliknya suatu dinyatakan salah karena belum dibuktikan bahwa hal itu benar.

5. Argumentum ad Misericordiam/Appeal to pity/Rasa Iba
Terjadi bila rasa kasihan digugah untuk mendorong diterimanya /disetujuinya suatu kesimpulan. Terjadi pencampuradukan perasaan dan jalan pikiran orang sehingga terdorong untuk menyetujui/tidak menyetujui sesuatu.

6. Argumen ad Populum
Terjadi bila orang berusaha mengemukakan dan memenangkan dukungan untuk suatu pendapat/pendirian dengan jalan menggugah perasaan/emosi; membangkitkan semangat berkobar-kobar pada masyarakat.

7. Argumentum ad Verecundiam
Terjadi bila usaha memperoleh kebenaran/dukungan atas suatu kesimpulan/pendapat dilakukan dengan jalan mendasarkan diri pada kewibawaan orang terkenal, namun keahlian terletak di bidang lain.

8. False Cause/Kausa Palsu
Terjadi dengan cara menyatakan adanya hubungan kausal (sebab-akibat) antara 2 hal pada hubungan kausal itu tidak ada.

9. Complex Question/Pertanyaan Majemuk
Terjadi bila diajukan 1 pertanyaan majemuk tapi kemajemukannya tidak diketahui/ dikaburkan dan untuk pertanyaan tersebut dituntut hanya 1 jawaban tunggal.

10. Begging the Question/ Petitio Principii
Mengasumsikan kebenaran dari apa yang mau dibuktikan sebagai benar dalam upaya untuk membuktikan kebenarannya. Sering penggunaan kata-kata untuk mengungkapkan argumen ini mengaburkan fakta bahwa tersembunyi dalam salah 1 dari premis-premis yang diasumsikan tercantum kesimpulan.